numpang nonggol ya bunda...

Kamis, 08 Juli 2010

Asuhan Keperawatan Cinjungtivitis

BAB I
TINJAUAN TEORI


PENGERTIAN
Konjungtivitis (mata merah) adalah inflamasi pada konjungtiva oleh virus, bakter, clamydia, alergi, trauma/ sengatan matahari (Long B C, 1996).
Suatu peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, clamida, alergi atau iritasi dengan bahan-bahan kimia.

PATOFISIOLOGI.
Konjungtiva berhubungan dengan dunia luar kemungkinan konjungtiva terinfeksi dengan mikro organisme sangat besar. Pertahanan konjungtiva terutama oleh karena adanya tear film, pada permukaan konjungtiva yang berfungsi melarutkan kotoran dan bahan-bahan yang toksik kemudian mengalirkan melalui saluran lakrimalis ke meatus nasi inferior. Tear film mengandung beta lysine, lysozyne, Ig A, Ig G yang berfungsi menghambat pertumbuhan kuman. Apabila ada kuman pathogen yang dapat menembus pertahanan tersebut sehingga terjadi infeksi konjungtiva yang disebut konjungtivitis.

PEMBAGIAN / KLASIFIKASI MENURUT GAMBARAN KLINIK.
Klasifikasi konjungtivitis berdasarkan penyebabnya.
Konjungtivitis akut
Merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Disebabkan oleh gonococcus virus, clamidia, alergi,toksik atau moluskum kontagiosum.
Manifestasi yang muncul adalah hiperemi pada kongjungtiva, lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata dipagi hari, pseudoptosis akibat kelopak mata membengkak, mata seperti ada benda asing.
Konjungtivitis bakterial akut
Konjungtivitis bakterial akut merupakan bentuk konjungtivitis murni dan biasanya disebabkan oleh staphilococcus, streptococuss pnemonie, gonococcus, haemofiluss influenza, dan pseudomonas
Konjungtivitis blenore
Blenore neonaturum merupakan konjungtivitis pada bayi yang baru lahir. Penyebabnya adalah gonococ, clamidia dan stapilococcus
Konjungtivitis gonore
Radang konjungtiva akut yang disertai dengan sekret purulen. Pada neonatus infeksi ini terjadi pada saat berada dijalan lahir. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin pada kontak dengan penderita uretritis atau gonore
Manifestasi klinis yang muncul pada bayi baru lahir adanya sekret kuning kental, pada orang dewasa terdapat perasan sakit pada mata yang dapat disertai dengan tanda – tanda infeksi umum.
Konjungtiva difteri
Radang konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri difteri memberikan gambaran khusus berupa terbentuknya membran pada konjungtiva
Konjungtivitis angular
Peradangan konjungtiva yang terutama didapatkan didaerah kantus interpalpebra disertai ekskoriasi kulit disekitar daerah peradangan, kongjungtivitis ini disebabkan oleh basil moraxella axenfeld.


Konjungtivitis mukopurulen
Kongjungtivitis ini disebabkan oleh staphylococcus, pneumococus, haemophylus aegepty. Gejala yang muncul adalah terdapatnya hiperemia konjungtiva dengan sekret berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak mata lengket, pasien merasa seperti kelilipan, adanya gambaran pelangi ( halo).
Blefarokonjungtivitis
Radang kelopak dan konjungtiva ini disebabkan oleh staphilococcus dengan keluhan utama gatal pada mata disertai terbentuknya krusta pada tepi kelopak
Konjungtivitis viral akut
Biasanya disebabkan oleh adenovirus atau suatu infeksi herpes simpleks. Infeksi ini biasanya terjadi bersama – sama dengan infeksi saluran pernafasan atas. Infeksi virus bisa sembuh dengan sendirinya setelah 3 minggu.
¨ Keratokonjungtivitis epidemik
Radang yang berjalan akut, disebabkan oleh adenovirus tipe 3,7,8 dan 19. konjuntivitis ini bisa timbul sebagai suatu epidemi. Penularan bisa melalui kolam renang selain dari pada wabah. Gejala klinis berupa demam dengan mata seperti kelilipan, mata berair berat
¨ Demam faringokonjungtiva
Kongjungtivitis demam faringokonjungtiva disebabkan infeksi virus. Kelainan ini akan memberikan gejala demam, faringitis, sekret berair dan sedikit, yang mengenai satu atau kedua mata. Biasanya disebabkan adenovirus tipe 2,4 dan 7 terutama mengenai remaja, yang disebarkan melalui sekret atau kolam renang.

¨ Konjungtivitis herpetik
Konjungtivitis herpetik biasanya ditemukan pada anak dibawah usia 2 tahun yang disertai ginggivostomatitis, disebabkan oleh virus herpes simpleks.
¨ Kongjungtivitis new castle
Konjungtivitis new castle merupakan bentuk konjungtivitis yang ditemukan pada peternak unggas, yang disebabkan oileh virus new castle. Gejala awal tibul perasaan adanya benda asing, silau dan berai pada mata, kelopak mata membengkak
Konjungtivitis jamur
Infeksi jamur jarang terjadi, sedangkan 50% infeksi jamur yang terjadi tidak memperlihatkan gejala. Jamur yang dapat memberikan infeksi pada konjungtivitis jamur adalah candida albicans dan actinomyces.
Konjungtivitis alergik
Konjungtivitis alergik merupakan bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi biasanya disebabkan oleh reaksi terhadap obat atau bahan toksik
Konjungtivitis kronis
¨ Trakoma
Trakoma merupakan konjungtivitis folikular kronis yang disebabkan oleh chlamidia trachomatis, pasien akan mengalami gejala gatal pada mata, berair dan fotofobia

PEMERIKSAAN LABORATORIUM.
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.

DIAGNOSIS.
Ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksasan klinik di dapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva.

PENGOBATAN.
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %).

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KONJUNGTIVITIS

BIODATA.
Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinana, alamat, penanggung jawab.

RIWAYAT KESEHATAN .
1. Riwayat Kesehatan Sekarang.
a. Keluhan Utama
Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan kemerahan disekitar mata, epipora mata dan sekret, banyak keluar terutama pada konjungtiva, purulen / Gonoblenorroe.

b. Sifat Keluhan
Keluhan terus menerus; hal yang dapat memperberat keluhan, nyeri daerah meradang menjalar ke daerah mana, waktu keluhan timbul pada siang malam, tidur tentu keluhan timbul.
c. Keluhan Yang Menyertai :
Apakah pandangan menjadi kabur terutama pada kasus Gonoblenorroe.
2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu.
Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi obat, riwayat operasi mata.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga.
Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular (konjungtivitis).

PEMERIKSAAN FISIK.
Data Fokus :
Objektif : VOS dan VOD kurang dari 6/6.
Mata merah, edema konjungtiva, epipora, sekret banyak keluar terutama pada konjungtivitis purulen (Gonoblenorroe).
Subjektif : Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata) gatal, panas.

DIAGNOSA KEPERAWATAN.
4. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan peradangan
konjungtiva, ditandai dengan :
Klien mengatakan ketidaknyamanan (nyeri) yang dirasakan.
Raut muka /wajah klien terlihat kesakitan (ekspresi nyeri).
Kriteria hasil:
Nyeri berkurang atau terkontrol.
Intervensi :
Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
Ajarkan kepada klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam dan teratur.
Berikan kompres hangat pada mata yang nyeri.
Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman, aman dan tenang.
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic.
Rasionalisasi :
Dengan penjelasan maka klien diharapkan akan mengerti.
Berguna dalam intervensi selanjutnya.
Merupakan suatu cara pemenuhan rasa nyaman kepada klien dengan mengurangi stressor yang berupa kebisingan.
Menghilangkan nyeri, karena memblokir syaraf penghantar nyeri.
Evaluasi :
Mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri.
Mengalami dan mendemonstrasikan periode tidur yang tidak terganggu.
Menunjukkan perasaan rileks.
5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya, ditandai dengan :
Klien mengatakan tentang kecemasannya.
Klien terlihat cemas dan gelisah.
Kriteria hasil :
Klien mengatakan pemahaman tentang proses penyakitnya dan tenang.
Intervensi :
Kaji tingkat ansietas / kecemasan.
Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
Beri dukungan moril berupa do’a untuk klien.
Rasionalisasi :
Bermanfaat dalam penentuan intervensi.
Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya
Memberikan perasaan tenang kepada klien.
Evaluasi :
Mendemonstrasikan penilaian penanganan adaptif untuk mengurangi ansietas.
Mendemonstrasikan pemahamaan proses penyakit.
6. Resiko terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses peradangan.
Kriteria hasil :
Penyebaran infeksi tidak terjadi.
Intervensi :
Bersihkan kelopak mata dari dalam ke arah luar (k/p lakukan irigasi).
Berikan antibiotika sesuai dosis dan umur.
Pertahankan tindakan septik dan aseptik.
Rasionalisasi :
Dengan membersihkan mata dan irigasi mata, maka mata menjadi bersih.
Pemberian antibiotik diharapkan penyebaran infeksi tidak terjadi.
Diharapkan tidak terjadi penularan baik dari pasien ke perawat atau perawat ke pasien.
Evaluasi :
Tidak terdapat tanda-tanda dini dari penyebaran penyakit.
7. Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan adanya perubahan pada kelopak mata (bengkak / edema).
Intervensi :
Kaji tingkat penerimaan klien.
Ajak klien mendiskusikan keadaan.
Catat jika ada tingkah laku yang menyimpang.
Jelaskan perubahan yang terjadi.
Berikan kesempatan klien untuk menentukan keputusan tindakan yang dilakukan.
Evaluasi :
Mendemonstrasikan respon adaptif perubahan konsep diri.
Mengekspresikan kesadaran tentang perubahan dan perkembangan ke arah penerimaan.
8. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.
Kriteria hasil :
Cedera tidak terjadi.
Intervensi :
Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membungkuk.
Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dekatkan alat yang dibutuhkan pasien ke tubuhnya.
Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapat menimbulkan kecelakaan.
Awasi / temani pasien saat melakukan aktivitas.
Rasionalisasi :
Menurunkan resiko jatuh (cedera).
Mencegah cedera, meningkatkan kemandirian.
Meminimalkan resiko cedera, memberikan perasaan aman bagi pasien.
Mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya keamanan.
Evaluasi :
Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
Menunjukkan perubahan prilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan melindungi diri dari cedera.
Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.







DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit: EGC, Jakarta.

Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab / UPF Ilmu Penyakit Mata. RSU Sutomo. 1994. Surabaya

Wijana, Nana. 1990. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan V. Jakarta.

















BAB II
TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN
Hari : Sabtu
Tanggal : 19 Juni 2010
Tempat : Puskesmas Kaligesing
Jam : 09.00 WIB
Metode : Anamnese, Observasi, Pemeriksaan Fisik, Studi Dokumentasi
Sumber : Pasien, Keluarga Pasien, Tim Kesehatan dan Status Pasien
Oleh : Siti halimah

Identitas pasien
Nama : Tn. P
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Kaliharjo, Kaligesing, Purworejo
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
Diagmosa : Conjungtivitis
Tgl. Masuk : 19 Juni 2010

Penanggung jawab
Nama : Ny. M
Umur : 35 tahun
Alamat : Kaliharjo, Kaligesing, Purworejo
Hubungan dengan pasien : Anak
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Pasien mengatakan matanya nyeri

Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke puskesmas untuk berobat karena sejak dua hari yang lalu mata sebelah kanan nyeri (ngeres), seperti ada pasir di dalam mata, berair, memerah, panas, keluar sekret dan silau bila terkena cahaya. Sedangkan mata kiri mulai agak memerah.
TTV: Tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 360C, nadi 80 x/menit, RR 20x/menit.
P : nyeri bertambah saat digunakan untuk membaca, nyeri berkurang saat istirahat tidur
Q : nyeri (ngeres) seperti ada pasir dimata
R : nyeri menyebar ke seluruh bagian mata
S : skala nyeri 5
T : nyeri hilang timbul

Riwayat Dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mondok di RS karena suatu penyakit. Klien pernah menderita penyakit yang sama, belum pernah mengalami trauma mata, tidak punya alergi obat, riwayat operasi mata belum pernah.

Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarga tidak ada yang menderita conjungtivitis. Sedangkan tetangganya ada yang terkena konjungtivitis.




Genogram

: Perempuan
: laki-laki
: pasien
: tinggal serumah
: keturunan
: menikah
: meninggal













Pola Fungsional
Kebutuhan Bernafas dengan Normal
Saat dikaji pasien tidak mengalami kesulitan bernafas, RR normal 20x/menit
Kebutuhan Nutrisi
Keluarga dan klien makan 3 x sehari dengan komposisi nasi, sayur, lauk dan kadang kala buah-buahan.
Kebutuhan Eliminasi
Pasien BAB 1 x sehari, konsistensi lunak, BAK 7-10 kali sehari
Kebutuhan Gerak Dan Kesetimbangan Tubuh
Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri.
Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Pasien mengatakan bisa tidur 5-6 jam tiap malam.
Kebutuhan Berpakaian
Dalam berganti pakaian pasien bisa melakukan sendiri
Kebutuhan Mempertahankan Suhu Tubuh dan Temperature
Pasien tidak mengalami kenaikan suhu tubuh: 360C (normal), pasien bisa mengenakan pakaian, bisa menggunakan selimut sendiri saat tidur.
Kebutuhan Personal Hygiene
Pasien mandi dikamar mandi, mandi dengan air hangat 2 x sehari, gosok gigi 2x sehari saat mandi.
Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Pasien merasa kurang nyaman karena kedua matanya nyeri (ngeres), seperti ada pasir didalam mata, silau bila terkena cahaya.
Kebutuhan Komunikasi dengan Orang Lain
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik, baik berkomunikasi dengan keluarga maupun dengan perawat.
Kebutuhan Spiritual
Pasien taat melaksanakan sholat fardhu 5 waktu. Kadang-kadang sholat berjamaah di Masjid.
Kebutuhan Bekerja
Pasien sudah tidak bekerja karena sudah tua.
Kebutuhan Rekreasi
Sebelum sakit pasien tidak pernah berekreasi, hanya kadang kala berlibur/ berkunjung ke rumah anak dan cucunya
Kebutuhan Belajar
Pasien bertanya kepada perawat apakah penyakit yang dideritanya, apakah penyakitnya bisa disembuhkan.

Keadaan umum
Suhu : 360C
Nadi : 80 x/menit
TD : 130/80 mmHg
RR : 20 x/menit
BB : 55 Kg
TB : 165 cm



Pemeriksaan fisik
KU : baik
Kesadaran : composmentis
Kepala : simetris tegak lurus dengan garis tengah tubuh, tidak ada luka, kulit kepala bersih, rambut beruban dan bentuk lurus.
Mata
Kanan : sclera tidak ikterik, konjungtiva hiperemis, pupil isokor, reflek cahaya (+), penglihatan jelas, nyeri tekan (+), visus 6/6, keluar secret, dan berair
Kiri : sclera tidak ikterik, konjungtiva hiperemis, pupil isokor, reflek cahaya (+), penglihatan jelas, nyeri tekan (-), visus 6/6, secret (-), dan berair (-)
Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, reflek menelan baik, tonsil tidak membesar, sebagian gigi sudah tanggal
Telinga : fungsi pendengaran baik, tidak ada serumen, tidak ada pembesaran massa
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan JVP
Dada
Inspeksi : bentuk dada normochest, simetris, ictus cordis tidak tampak, gerakan dada simetris, tidak ada ketertingalan gerak, frekuensi pernafasan 20 x /mnt,
Palpasi : tidak terasa massa, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : jantung dan paru-paru berbatas tegas.
Auskultasi : suara nafas bersih, vesikuler, tidak ada suara tambahan seperti ronchi maupun wheezing, suara paru-paru sonor, suara jantung S1 dan S2 murni.
Abdomen
Inspeksi : bentuk datar simetris, tidak ada pembengkakan atau acites. Tidak ditemukan adanya kelainan seperti benjolan atau pembesaran pada perut, tidak ada hiperpigmentasi
Auskultasi : frekuensi suara peristaltic usus 4 x /menit
Perkusi : tidak ada penumpukan cairan atau udara, suara tympani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan atau massa pada abdomen, hepar tidak teraba
Ekstremitas :
Anggota gerak atas : lengkap, tidak terdapat luka, dapat digerakkan
Anggota gerak bawah: lengkap, tidak terdapat luka, dapat digerakkan.



Pemeriksaan penunjang
Visus
VOS : 6/6
VOD : 6/6

Therapi
Parenteral
Amoxisilin 3 x 500mg
Deksametason 3 x 0,5mg
Chlorpeniramin Maleat 3 x 4mg
Tetes mata Clorampenichol 3 x 2 tetes.






ANALISA DATA

No Hari/Tgl/Jam Data Masalah Etiologi
1 Sabtu /09.00/ 19 Juni 2010 DS : Pasien mengatakan mata sebelah kanan nyeri (ngeres), seperti ada pasir di dalam mata, berair, memerah, panas, keluar sekret, dan silau bila terkena cahaya, nyeri bertambah saat digunakan untuk membaca, nyeri berkurang saat istirahat nyeri seperti ada pasir dimata, nyeri menyebar ke seluruh bagian mata, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul

DO : S : 360C, TD 130 / 80 mmHg, N : 80 x/mnt, RR : 20x/mnt, konjungtiva mata kanan hiperemis, keluar secret.VOS dan VOD 6/6

Nyeri

Proses peradangan
2 Sabtu /09.00/19 Juni 2010 DS : Pasien mengatakan mata kirinya mulai memerah.
DO : S : 360C, TD 130 / 80 mmHg, N : 80 x/mnt, RR : 20x/mnt, konjungtiva mata kanan hiperemis, konjugtiva mata kiri agak memerah, sclera tidak ikterik. Resiko infeksi (penyebaran) Kontak secret dengan mata sehat


RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan
2. Resiko tinggi infeksi (penyebaran) berhubungan dengan kontak secret dengan mata sehat

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 20 menit masalah teratasi dengan criteria hasil:
-1 Nyeri berkurang/ terkontrol
-2 Pasen merasa nyaman
1. Kaji nyeri
2. Kaji tanda-tanda vital
3. Anjurkan klien untuk mengompres mata yang sakit dengan air hangat
4. Anjurkan klien untuk tidak menggosok-gosok mata yang sakit terutama dengan tangan
5. Anjurkan klien untuk menggunakan kacamata pelindung jika bepergian
6. Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman, aman dan tenang.
7. Kolaborasi dengan dokter pemberian therapy oral 1. Berguna dalam intervensi selanjutnya
2. Dengan penjelasan maka klien diharapkan akan mengerti.
3. Merupakan suatu cara pemenuhan rasa nyaman kepada klien dengan mengurangi stressor yang berupa kebisingan.
4. Menghilangkan nyeri, karena memblokir syaraf penghantar nyeri.

2 Resiko tinggi infeksi (penyebaran) berhubungan dengan kontak secret dengan mata sehat Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 20 menit diharapkan masalah teratasi dengan criteria hasil:
-3 Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (rubor, tumor, kalor, dolor, fungsio lesi)
-4 Suhu 360C-370C 1. Kaji tanda-tanda infeksi
2. Anjurkan klien istirahat untuk mengurangi gerakan mata
3. Anjurkan klien untuk makan makanan seimbang untuk mempercepat penyembuhan.
4. Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/ mengobati mata
5. Gunakan tehnik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam keluar dengan bola kapas untuk tiap usapan
6. Tekankan pentingnya untuk tidak menyentuh / menggaruk mata yang sakit kemudian yang sehat.
7. Anjurkan untuk memisahkan handuk, lap atau sapu tangan. 1. Dengan membersihkan mata dan irigasi mata, maka mata menjadi bersih.
2. Pemberian antibiotik diharapkan penyebaran infeksi tidak terjadi.
3. Diharapkan tidak terjadi penularan baik dari pasien ke perawat atau perawat ke pasien.











EVALUASI

No dx Tgl /jam Implementasi Evaluasi
19 Juni 2010/ 09.30 1. Mengkaji nyeri dengan tehnik PQRST
2. Mengkaji tanda-tanda vital, TD, N, S, RR
3. Menganjurkan klien untuk mengompres mata yang sakit dengan air hangat
4. Menganjurkan klien untuk tidak menggosok-gosok mata yang sakit terutama dengan tangan
5. Menganjurkan klien untuk menggunakan kacamata pelindung jika bepergian
6. Memberikan Amoxisilin 500mg, deksametason 0,5mg, Chlorpeniramin Maleat 4mg, Tetes mata Clorampenichol 0,5% 2 tetes.
7. Menyarankan untuk control bila belum membaik.
S : pasien mengatakan bersedia untuk mengompres matanya dengan air hangat, tidak menggosok-gosok mata dengan tangan dan memakai kaca mata saat bepergian
O : pasien nampak mengerti dan bisa mengulang kembali apa yang disarankan, skala nyeri 4
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan dengan pemberian pendidikan kesehatan
19 Juni 2010/ 09.30 1. Mengkaji tanda-tanda infeksi
2. Menganjurkan klien istirahat untuk mengurangi gerakan mata
3. Menganjurkan klien untuk banyak makan buah dan sayur untuk mempercepat proses penyembuhan
4. Menyarankan untuk mencuci tangan sebelum menyentuh/ mengobati mata
5. Menganjurkan untuk membersihkan mata dari dalam keluar dengan bola kapas untuk tiap usapan
6. Memberikan informasi pentingnya untuk tidak menyentuh / menggaruk mata yang sakit kemudian yang sehat.
8. Menyarankan untuk memisahkan handuk, lap atau sapu tangan. S : pasien mengatakan bersedia untuk banyak istirahat, banyak makan buah dan sayur, cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh mata, dan menggunakan handuk yang terpisah,
O : mata kiri mulai agak memerah
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan dengan pemberian pendidikan kesehatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar